Kembali ke paruh
pertama tahun 2010 lalu, saya adalah seorang mahasiswa baru yang baru saja
masuk ke dalam euforia kampus. Bulan-bulan awal saya di kampus UI tercinta ini
masih terpaku dalam hal akademis & organisasi kampus. Ya, tidak ada suatu
hal yang sangat istimewa saat itu selain pencapaian akademik saya yang membuat
kedua orang tua saya tesenyum manis, Alhamdulillah..
Hari-hari di
UI pun berjalan seperti biasa, sampai akhirnya datang sebuah event yang cukup
menarik minat saya, “Malam Apresiasi Prestasi FTUI 2010”. Saya tertegun melihat
nama acara itu yang kelihatan begitu hebat kala itu. Tentu di kalangan mahasiswa,
khususnya UI, event Malam Apresiasi Prestasi sudah bukanlah hal yang asing. Di
malam itu, akan terpilih beberapa orang yang akan dinobatkan menjadi seorang “Mapres”,
atau mahasiswa berprestasi dalam berbagai bidang. Nantinya, mapres utama dari
setiap fakultas akan bersaing di tingkat UI untuk mewakili UI di tingkat
nasional. Saat itu saya bertanya-tanya, kira-kira seperti apa ya calon-calon
mahasiswa beprestasi yang akan mendapatkan gelar tersebut? Pasti mereka
orang-orang yang sangat “dewa”, begitu pikir saya. Yah, mungkin pembaca bisa menebak,
belum banyak targetan yang saya buat kala itu, dan tema “berprestasi” sepertinya
belum menjadi trending topic di benak
saya.
Kemudian,
tiba-tiba saya ditawari oleh Project Officer MAP FTUI 2010 untuk bergabung
dalam kepanitiaan MAP. Tidak tanggung-tanggung, saat itu saya direkomendasikan
untuk membantu tim seleksi MAP, divisi yang menjadi penentu siapa saja yang berhak
dinobatkan menjadi mapres. (Sudah 2 tahun berlalu sejak MAP 2010, semoga
setelah ini tidak ada surat protes terkait hasilnya, karena anggota tim seleksi
memang agak dirahasiakan sejak awal, hahaha).
Menjadi
anggota tim seleksi, membuat saya memiliki akses untuk melihat dokumen-dokumen
para calon mapres. Ketika saya sedang memeriksa dokumen-dokumen mereka, seringkali
saya tertegun dan terkagum-kagum melihat prestasi-prestasi mereka yang
sepertinya tidak pernah saya bayangkan. Pergi ke luar negeri beberapa kali,
memenangkan perlombaan tingkat nasional, menjadi project officer acara nasional,
seakan sudah menjadi hal yang wajar mewarnai CV mereka. Tak henti-hentinya saya
terkagum, sampai tiba akhirnya perasaan itu lama-lama berubah, dari yang
tadinya hanya kagum saja, menjadi sebuah motivasi di dalam diri! Saya menjadi
berpikir, bahwa saya pun juga pasti bisa berprestasi seperti mereka, bahkan
lebih!
Akhirnya, ketika
di penghujung acara Malam Apreasiasi Prestasi FTUI 2010, munculah sebuah
daftar baru dalam doa harian saya, “Ya Allah, semoga suatu hari nanti saya juga
bisa menjadi seorang Mapres..”. Setelahnya, mulai terbukalah mata saya mengenai
kehidupan kampus. Saya semakin banyak menemui mahasiswa-mahasiswa UI yang memiliki
prestasi segudang. Selain itu, saya juga melihat banyak sekali mahasiswa yang
memiliki peran kontribusi yang luar biasa di berbagai bidang.
Semenjak dari
situlah, saya mulai melihat fase perguruan tinggi dengan lebih luas. Fase
perguruan tinggi bukanlah fase dimana seorang mahasiswa hanya berkutat dengan
akademis dan menargetkan untuk lulus cepat, tapi lebih merupakan sebuah fase
kritis dimana mahasiswa dihadapkan dengan begitu banyak kesempatan untuk
berkembang, memupuk moral dan berkontribusi di masyarakat. Sekarang, tinggal
kita yang memilih untuk mengambilnya atau tidak. Karena itu, jangan sia-siakan
masa 4 tahun ini hanya menjadi mahasiswa biasa, kawan! Saya pun saat ini masih,
dan akan terus masih berjuang hingga akhir untuk menguak seluruh potensi yang diberikan
Allah SWT dalam diri saya ini. Tetapkan target setinggi-tingginya sesuai dengan
minat kita dan usaha terus menerus untuk menggapainya. Bila kita tetap
istiqomah, insya Allah, kita akan terkejut sendiri dengan apa yang bisa kita
lakukan di kemudian hari. Wallahu’alam bishowab..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar