Kamis, 24 Mei 2012

Journey to the West World


Kembali ke tahun 2011, tahun dimana saya mulai menemukan pijakan yang berarti untuk saya melaju ke depan. Ya, Alhamdulillah, tahun 2011 kemarin seperti tahun eksponensial bagi saya pribadi. Tahun dimana saya mulai menemukan jalan kemana saya akan melangkah, tahun dimana saya bertemu dengan orang-orang hebat yang menginspirasi hari-hari saya dan tahun dimana saya mulai menorehkan berbagai prestasi.
Tentunya di setiap tahun, setiap orang memiliki harapannya masing-masing. Begitupun saya, saya memiliki banyak impian dan targetan yang ingin saya capai di tahun 2011. Saya masih teringat jelas salah satu target yang saya buat saat itu, dan itu seringkali saya lantunkan dalam doa-doa yang saya panjatkan. Doa tersebut adalah “Ya Allah, bantulah hamba-Mu ini, semoga saya bisa ke luar negeri ke tiga negara yang berbeda di tahun ini.”. Ya, memang terdengar sangat mengambang dan  sepertinya sangat jauh sekali. Apalagi bagi saya yang saat itu belum pernah ke luar negeri, bahkan ke luar pulau Jawa saja belum pernah. Namun, hal itu tetap saya tekadkan dalam hati setelah melihat banyak teman-teman dan senior yang sudah melakukan perjalanan ke luar negeri. Saat itu saya hanya berpikir “kalau orang lain bisa, mengapa saya tidak?”. Alhasil teruslah saya berdoa dengan keyakinan bahwa Allah SWT pasti akan mendengar doa hambanya yang tulus. Oh iya, tekad saya ke luar negeri sejak awal bukanlah hanya sekedar untuk jalan-jalan, tapi lebih kepada ingin merasakan terlibat dalam sebuah event internasional yang berhubungan dengan latar belakang saya sebagai pemuda & mahasiswa teknologi bioproses. Yang saya yakini saat itu adalah, dengan terlibat dalam ajang internasional pasti kita akan mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga untuk kehidupan kita selanjutnya.
Tidak perlu menunggu lama, alhamdulillah, sekitar awal  Februari Allah SWT mulai membukakan jalan. Saat itu ada teman saya yang menginformasikan tentang perlombaan S-SPEC, Shell Intervarsity Student Paper Contest, yang diadakan di Universiti Teknologi Malaysia, Johor Baru. Tanpa pikir panjang saya memutuskan untuk mengikuti perlombaan tersebut. Setelah melalu proses yang panjang dan terpilih untuk mewakili UI mempresentasikan penelitian saya di kampus UTM, Johor Baru, Malaysia, akhirnya saya dinobatkan menjadi juara III dalam kompetisi tersebut, Alhamdulillah.


Presentasi S-SPEC di UTM, Malaysia

Sepulang dari Malaysia, saya menjadi semakin semangat untuk segera menuju ke Negara tujuan kedua di tahun itu. Saya semakin sering mencari-cari info di internet untuk berharap menemukan peluang lainnya yang dapat mengantarkan saya ke luar negeri. Setelah mencari dan mencari, akhirnya Allah SWT menunjukkan saya peluang berikutnya! Saat itu bulan April 2011 dan saya menemukan website tentang perhelatan International Student Energy Summit (ISES 2011) yang akan di adakan pada bulan Juni di University of British Columbia, Vancouver, Kanada. Selang berapa menit saya mengecek website acara itu, saya langsung tertarik untuk mendaftar. Yang saya pikirkan saat itu hanyalah, “Insya Allah, pasti saya akan ke Vancouver bulan Juni ini..”. Awalnya, saya hanya mendapatkan beasiswa untuk biaya pendaftaran dan segala hal akomodasi selama di Vancouver, sehingga saya masih harus mengupayakan sendiri untuk tiket pesawatnya. Namun, saat itu saya tidak ambil pusing tentang bagaimana saya akan mendapatkan dana untuk membiayai tiket pesawat. Saya sudah tahu banyak kabar tentang anak-anak UI lainnya yang sudah pernah berhasil mencari dana untuk keberangkatan mereka menjadi delegasi dalam International Conference, sehingga saat itu saya hanya yakin bahwa saya pun pasti bisa. Memang terdengar agak nekat, karena saya harus mengumpulkan sekitar 15 juta dalam 2 bulan. Tanpa berlama-lama, saya langsung mempersiapkan segalanya, mulai dari proposal, persiapan untuk membuat visa, dan hal lainnya.
Saat itu, orang tua saya yang mengetahui bahwa saya sedang berusaha melakukan fundraising untuk berangkat ke Vancouver, Kanada, agak menyangsikan apa yang saya lakukan. Mereka khawatir hal buruk terjadi pada saya. Maklum, kala itu pertama kalinya saya melakukan kegiatan semacam itu, dan itu saya lakukan sendiri, tidak berkelompok seperti pencari dana konferensi pada umumnya. Dalam situasi seperti itu, orang tua sempat menasihati untuk membatalkan perjalanan ke Kanada sambil tetap menyemangati bahwa saya pasti akan mendapatkan kesempatan lainnya di masa mendatang. Tapi dengan cukup keras kepala saya tetap yakin untuk terus melaju, mengupayakan segala hal sebaik mungkin, apapun yang terjadi.
Kemudian, sesuatu yang ajaib datang. Di tengah-tengah proses pencarian dana saat itu, ada sebuah email dari panitia penyelenggara ISES 2011 yang ditujukan kepada seluruh delegasi yang datang dari Asia mengenai penawaran menjadi bagian dari ISES Student Assembly yang akan mewakili wilayah Asia. Sebuah posisi dimana nantinya kita akan melakukan penelitian mengenai kondisi perenergian di wilayah masing-masing bersama dengan anggota ISES Student Assembly lainnya dari berbagai benua, untuk membuat sebuah hasil penelitian & rekomendasi terkait masalah perenergian dunia. Kemudian, saya meloncat kepada sebuah pernyataan yang sangat menarik dalam email yang saya baca saat itu, “Successful candidates will receive full delegate and travel bursaries to attend the conference”. Tanpa pikir panjang, saya langsung berpikir, “Ini kesempatan”.
Dapat tergabung dalam tim internasional yang terdiri atas orang-orang yang memiliki hasrat besar dalam bidang energi, dan bisa menghadiri konferensi internasional di Kanada tanpa keluar uang sepeserpun pastilah akan menjadi suatu hal yang sangat ajaib terjadi pada saya di tahun itu! Tapi,  Allah SWT membuktikan keajaiban memanglah kuasanya. Setelah melalui proses seleksi untuk aplikasi “ISES Student Assembly”, saya akhirnya terpilih menjadi Asian Representative on ISES Student Assembly. Betapa bersyukurnya saya dan kedua orang tua saya saat itu. Ahamdulillah, betapa kuasa-Mu sangat besar ya Allah.
Setelah semua dokumen yang dibutuhkan lengkap, dan saya pun juga sudah mengirimkan laporan penelitian awal yang berisi resume mengenai kondisi pernergian di wilayah Asia kepada Nick -Deliverable Coordinator yang bertanggung jawab mengenai ISES Student Assembly- , berangkatlah saya akhirnya ke Vancouver, Kanada. Ada perasaan yang menggelitik kala itu ketika menyadari bahwa saya akan melakukan perjalanan yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Menaiki burung besi yang akan melintasi samudra pasifik menuju benua lain yang berada di arah yang berlawanan dengan bagian bumi tempat saya biasa berdiri di Indonesia, terlebih lagi saya melakukannya seorang diri, membuat perasaan saya sangat bercampur aduk saat itu antara senang, bersyukur, dan juga canggung.
Hari pertama saya tiba di Vancouver, saya langsung dijemput oleh Nick, yang ternyata juga menjemput delegasi lainnya. Saat itu pula saya berkenalan pertama kali dengan Aswin Chandrasekharan, salah seorang anggota ISES Student Assembly yang mewakili wilayah Asia selatan (Perlu diketahui, wilayah Asia dibagi menjadi 3 untuk ISES Student Assembly ini, yaitu wilayah Asia (mencakup Asia Timur, Asia Tenggara dan Asia Tengah), Asia Selatan dan Timur Tengah (mencakup Asia Barat dan Afrika Utara)). Saat itu, tanggalan menunjukan bahwa Kanada baru mulai memasuki musim panas. Namun, saat saya baru keluar dari bandara, brrrr, suhunya sama seperti puncak, bahkan lebih dingin! 10-15 derajat Celsius dan mereka menyebutnya sebagai awal musim panas? Mereka pasti bercanda. Setelah dijemput dari bandara, kami diantar ke University of British Columbia (UBC), sebelum akhirnya saya diantar ke rumah salah satu paman saya yang bekerja di kantor konsulat kedutaan besar Indonesia di Vancouver. Rasanya memang sangat kebetulan memiliki paman yang juga tinggal di Vancouver, tapi lagi-lagi, pertolongan Allah memang bisa datang tanpa disangka-sangka.
Hari-hari berikutnya diisi dengan konferensi yang terbagi menjadi beberapa panel dan tentunya pekerjaan-pekerjaan dan pertemuan-pertemuan yang harus saya lakukan bersama dengan ISES Student Assembly lainnya. Berbicara mengenai ISES Student Assembly, tim ini terdiri dari 9 orang yang mewakili 9 wilayah di bumi. Mereka adalah Aswin Chandrasekharan, seorang pemuda India yang sangat cerdas dan mewakili wilayah Asia Selatan; Nusseir Yassin, mahasiswa Harvard berkebangsaan Israel tapi berdarah Palestina, yang mewakili wilayah Timur Tengah; Salomon Theinert, pemuda Jerman yang sangat tipikal hittler (haha), yang mewakili wilayah Eropa; Mats Van Kleef, pemuda Kanada yang sangat ramah, yang tentunya mewakili wilayah Kanada sebagai tuan rumah; Iris Ferguson, wanita Amerika yang cerdas, tapi juga sangat kuat minum, yang mewakili wilayah Amerika Serikat; Matheus Silva, pemuda yang sangat berprestasi tapi juga sangat humoris berkebangsaan Brazil, yang mewakili wilayah Amerika Selatan; Steve Arowolo, salah satu anggota paling senior dan paling tegas dari Afrika Selatan yang mewakili wilayah Afrika; Camilla Urdahl, anggota paling senior lainnya sekaligus anggota International Energy Agency (IEA) dari Selandia Baru, yang mewakili wilayah Australia dan sekitarnya; dan saya sendiri yang mewakili wilayah Asia.


ISES Student Assembly
(Berlawanan arah jarum jam dari kanan : Saya, Salomon, Ashwin, Nusseir, Mats, Iris, Camilla, Heiju (Panitia)
n.b : Matheus & Steve akhirnya tidak bisa hadir karena permasalahan visa) 

Jangan pernah berpikir bahwa hari-hari saya selalu diisi dengan suka cita layaknya turis yang berlibur ke negara lain. Selama disana, saya cukup disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan sebagai seorang student assembly, mulai dari mewawancara delegasi yang berasal dari negara Asia, membuat resume setiap panel yang saya hadiri, sampai berbicara mewakili Asia di depan seluruh delegasi yang datang dari berbagai belahan dunia! Hal hebat lainnya saat itu adalah saya dan teman-teman student assembly berkesempatan mewawancarai Dr. Rajendra Pachauri, peraih nobel perdamaian tahun 2007 atas jasanya di bidang lingkungan hidup. Yah.. cukup sibuk saat itu, dan yang membuat tugas-tugas ini semakin membuat saya tidak bisa santai adalah karena semuanya harus dilakukan dengan bahasa inggris tingkat native-speaker!! Mungkin, bila di Indonesia saya adalah salah satu yang paling baik dalam berbahasa inggris di antara teman-teman saya, namun, ketika disana saya merasa bahasa inggris saya masih belum ada apa-apanya. Bahkan, di hari-hari awal saya di Kanada, saya masih kesulitan untuk mendengarkan apa yang orang lain katakan. They were just speaking so fast! Alhasil saya agak dilanda tekanan batin di awal-awal kedatangan. Namun pada akhirnya semuanya berjalan dengan lancar.
Begitulah kisah perjalanan saya menuju Vancouver, Kanada. Banyak hal yang saya pelajari selama disana, mulai dari pengetahuan tentang energi, bersosialisasi dengan masyarakat internasional, sampai ke bahasa inggris. Walaupun di tahun 2011 itu akhirnya saya tidak mendapatkan kesempatan ketiga untuk pergi ke luar negeri, untuk menggenapkan jumlahnya sesuai dengan doa saya di awal tahun, namun bagi saya ini sudah merupakan hal yang sangat harus disyukuri dan dijadikan pelajaran. Insya Allah, di tahun-tahun mendatang akan lebih banyak kesempatan yang datang dengan tidak diduga-duga. Bagaimana dengan anda?


Delegasi ISES 2011
(Ki-Ka : Jepang, Azerbaijan, Kanada, Indonesia, Kanada, India)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar